Waduk Pluit Kini
50 Tahun Lalu, Waduk Pluit JernihSudah sejak 2000 tahun yang lalu, kita adalah Bangsa yang sudah mapan dengan warisan budaya yang luar biasa, sejak dahulu kita telah memiliki sendiri warisan budaya yang sama diseluruh tanah air, dari sabang sampai merauke,
Dalam struktur masyarakat kita mengenal Pemimpin yang menjadi panutan dan sebagai pembawa masyarakat keada kehidupan yang lebih baik, sedikit saya paparkan tentang perilaku dan sifat seorang pemimpin ditengah masyarakatnya.
Pemimpin adalah seseorang yang tidak harus berbusana megah, pemimpin hendaknya menjadi pembawa nilai nilai dan moralitas seluruh bangsa. Sebagai panutan, pengayom dan sekaligus menjembatani antara dunia materiil dan immaterial, wadag dan spiritual.
Seorang Pemimpin harus berfikir untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan dan juga alam sekelilingnya sebagai habitat manusia itu sendiri.
Pemimpin juga pembawa nilai nilai spiritual yang terimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Segala perbuatan pemimpin harus ada didalam koridor pertanggung jawaban kepada seluruh ummat manusia dan kepada yang maha Pencipta. Dan tentu dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri.
Pemimpin tidak berfikir untuk kepentingan dirinya sendiri ataupun kelompok maupun golongannya, namun seorang pemimpin harus berfikir untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan dan kehidupan secara menyeluruh.
Pemimpin mengharmonisasi kehidupan manusia dan lingkungannya sebagai wujud perintah Tuhan kepadanya sebagai khalifah di bumi.
Pemimpin menjadi sumber inspiratip bagi bangsanya untuk membentuk kerangka berfikir kepada bangsanya, untuk terus menerus melakukan perbaikan dan perubahan, dan melahirkan kehidupan tyang lebih baik daripada yang sudah ada.
Pemimpin harus berlaku adil kepada siapapun juga non diskriminasi, termasuk kepada diri sendiri serta bertindak berlandaskan kesetaraan, kaidah kejujuran kepada diri sendiri dan kepada Tuhannya.
Pemimpin adalah pembawa penerang dan pencerah bagi bangsanya untuk meraih kehidupan yang lebih baik dengan membawa optimisme dan harapan hidup cemerlang di masa depan.
Barangkali masih banyak perilaku dan sifat seorang pemimpin menurut nilai nilai dan moralitas bangsa Indonesia yang begitu besar dan luas.
Kini kita menapaki jaman kolobendu yang harus segera di tutup dengan cepat disongsong datangnya jaman kolosubo, jaman pasca kerusakan, menuju zaman keemasan dan pencapaian puncak peradaban
Ditengah kegalauan masa depan, dengan begitu marak kerusakan berfikir dan perilaku para pemimpin yang ada, begitu rindu rakyat ini datangnya seorang pemimpin yang memiliki semua perilaku dan sifat seperti yang diuraikan diatas.
Entah menjadi kenyataan atau tidak, namun semakin terlihat karya karya dan wujud hasil dari sepak terjang Gubernur DKI dan wakilnya, dengan begitu banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan menghadirkan trend kehidupan bermasyarakat yang lebih baik dari yang sudah ada.
Belum setahun telah begitu banyak keruwetan yang sudah mampu diselesaikan, salah satu yang nyata terlihat dengan kasat mata adalah Waduk pluit, yang di ramalkan baru akan bersih 50 tahun lagi, ketika diadakan peninjauan tanggal 21 Mei 2013, kira kira 3 bulan yang lalu.
Seperti yang terlihat digambar begitu kumuh dan begitu lekat antara kehidupan masyarakat, air kotor, sampah dan comberan, seolah sudah melekat manusia dan lingkungannya yang kumuh, tidak mungkin bisa dilepaskan.
Manusia yang mengalaminya sudah bersikap menerima apa adanya dan bersikap apatis, seolah sudah tidak ada jalan lagi untuk menjadi lebih baik, pasrah dengan segala konsekwensinya, tak ada jalan untuk menjadi lebih baik.
Waduk Pluit yang begitu parah keadaannya telah mengakibatkan tersumbatnya aliran air hujan sedemikian sehingga meluap kemana mana dan membanjiri daerahnya sendiri, maupun daerah2 ytang lain.
sumberfoto, kompas.com, Tempat tinggal warga di bantaran waduk Pluit pada Senin (13/5/2013). | Alfiyyatur Rohmah
Achmar (65), warga RT 16/RW 17 Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Muara Baru, Pria yang sudah 55 tahun tinggal di timur waduk Pluit, pendatang pertama yang di Kawasan itu, pada 1958 ketika ia datang masih berupa kebun-kebun tebu.
Waktu itu udara masih bersih dan sejuk karena banyak ditumbuhi pepohonan. “Air waduk juga sangat jernih dan banyak ikannya seperti mujair, lele, dan gabus. Namun, kini sudah tidak ada lagi,” katanya
Keadaan menjadi sangat berubah menjelang akhir 1989. “Penduduk mulai banyak yang datang dan timbullah pemukiman-pemukiman penduduk di sini. Selain itu, air sungai dari Jakarta lebih banyak tercemar limbah pabrik dan warnanya hitam,”
M Sidik (64). Tetangganya, adalah Pria asal Bima, NTB, bahwa pada 1986 udara masih sejuk karena banyak pepohonan. “Dulu segar dan masih banyak burung yang berkicauan,” kata Sidik.
Menurut Achmar dan penduduk yang lain mereka memperoleh tempat disitu dengan membeli kebun tebu “Pada 1958 itu, saya membayar semacam ganti rugi sebesar Rp 75.000 kepada
Mereka menyadari bahwa memang tidak memiliki surat2 dan juga tak pernah membayar sewa kepada siapapun, oleh karena itu mereka menyatakan siap untuk di relokasi atau di beri pesangon. Dan akan kembali ke kampung halamannya saja.
Mereka adalah saksi sejarah, bahwa kehidupan yang kumuh dan santitasi yang sangat buruk karena begitu pesatnya manusia datang, dan memenuhi pinggiran waduk pluit yang serta merta merusak kehidupan dan merusak lingkungannya.
Yang asalnya jernih, seharusnya bisa dikembalikan kepada jernih kembali, asalkan di kembalikan sesuai dengan kondisi waduk seperti semula.
Potret itu di ceritakan oleh Harian Kompas.com 22 Mei 2013 dengan observasi pada tanggal 22 Mei 2013. 3 bulan yang lalu.
Sejak dijadikan prioritas utama Gubernur DKI, Jokowi dan Wagub. Ahok dalam menanggulangi banjir di daerah pluit dan sekitarnya, maka Waduk pluit menjadi salah satu factor utama, untuk segera dikembaikan fungsinya sebagai waduk penampung air hujan dan limpahan .
Namun saat itu sempat terjadi tarik menarik yang pada akhrinya terjadi kesepakatan dengan masyarakat setempat untuk segera direlokasi. Dengan bersamaan dilakukan engineering solution untuk perbaikan waduk Pluit dan sekitarnya.
Kini 3 bulan sudah berlalu, tanpa ada cerita dan gejolak, Waduk pluit telah bersih dan seluruh penghuninya telah terelokasi dengan baik tanpa ada gejolak.
Waduk Pluit Kini
Waduk Pluit kemarin seperti terlihat pada foto disini. Betapa hanya dalam waktu 3 bulan sejak dicanangkan relokasi dan perbaikan, siang malam dikebut dan hasilnya sungguh terlihat nyata.
Dari keadaan yang kumuh dan kotor dengan penduduk yang menempati dalam keadaan yang tidak terjamin kondisi kesehatan lingkungannya, serta menimbulkan banjir dimana mana termasuk didalam pemukimannya sendiri.
Air kotor hitam, kini berangsur mulai bisa di kendalikan dan menuju perbaikan, sanitasi yang menjamin kesehatan lingkungan serta mengurangi akibat genangan air dengan aliran air hujan yang lancar.
Apalagi yang harus diceritakan, sudah bisa dilihat, hanya dengan waktu 3 bulan, masalah rumit yang susah diselesaikan, akan bisa dengan cepat selesai, asalkan ditangani dengan benar dan jauh dari kepentingan pribadi dan kelompok.
Jokowi dan Ahok sudah melupakan kerjanya, kini waduk Pluit sudah kembali normal, kini Jokowi dan Ahok kembali menapak dan menyelesaikan masalah maslah lain yang tidak kalah rumitnya, satu masalah selesai, dan dua tugas masalah mesti juga harus diselesaikan.
Namun hanya satu hal yang terus diingat dan ditinggalkan, adalah keyakinan ternyata semua masalah akan bisa diselesaikan dengan mudah, hanya dengan kesungguhan dan kebersihan jiwa.
Jalan terus, Kerja belum selesai, perubahan harus terus dilakukan, dari generasi ke generasi.
.
Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !
http://politik.kompasiana.com/2013/08/11/jokowi-dan-ahok-menyulap-waduk-pluit-3-bulan-saja-583437.html
0 Comments
Silahkan tinggalkan komentar anda disini/ Please you comment here..